Kamis, 06 Januari 2011

ASYHADU AN-LAA ILAAHA ILLALLAH...

y.add
Kisah ini bermula ketika aku dapat berita mengejutkan. Pada hari rabu yang aku lupa tanggalnya,waktu itu menunjukkan pukul 11:45 hape cina ku berdering dapat sms.”Ya Tuhaannn…ayah p001 meninggal dunia” jeritku dalam hati. Kemudian aku bergegas pamit Pak Amin bos ku di KPU. Tanpa berfikir lama aku hubungi semua teman untuk ikut takziah ke gundih tempat ayahnya p001 di kubur. Selang beberapa waktu teman yang ikut takziah sudah berkumpul di rumahnya Y.add. Kemudian Y.add, Kongle, aku, Slimz bergegas menuju gundih naik motor. “Mampir mbak Rat sek Te…tuku anggur merah go anget2” bisik Slimz, aku pun mengiyakan. Setelah kami membayar anggur merah 2 botol kami pun otw ke gundih.
slimz
Pada dasarnya kami ini memang masih berjiwa muda jadi sepanjang perjalanan kami lalui dengan bergurau, seolah tidak menyadari bahwa ada ayah teman kami yang meninggal. “jam 12:30…wah pasti ada banyak cewek sma yang berkeliaran nich” batinku kegirangan. Benar saja, ada banyak gadis ranum yang menunggu untuk di petik berjejer di pinggir jalan, seolah mengingatkanku akan pengalaman di lokalisasi Jakarta. Mata ku basah berbinar sambil memandangi penuh kekaguman. “ Adiiiikkkkkk….godain kita2 dumz….” teriak ku kesetanan. Cewek2 tersebut hanya tertawa cekikikan menyaksikan tingkah polah ku. Hasrat ingin berkenalan dengan cewek sma pupus sudah oleh celoteh slimz yang mengingatkan ku akan tujuan semula.
Tanpa terasa perjalanan ku telah sampai di toroh. Jalanan di Toroh yang berliku2 di hiasi karaoke di kanan kiri semakin membuat mata ku blingsatan berair. “Andai saja tidak ada acara takziah…so pasti aku akan mampir untuk melihat pemandangan di dalam karaoke” lirihku. Saat di tengah asyik hatiku menelanjangi para PK tiba2 ada kejadian yang menyadarkan ku bahwa aku masih ada di dunia.
Aku terjatuh tepat di tikungan mesra di depan karaoke mojolegi. “Braaaakkkkk…” suara motor mio beradu dengan aspal kemudian berhenti setelah menabrak pembatas jalan. Aku terjatuh bersama Slimz. Posisi jatuhku telentang terseret motor, kepala mendongak tangan kanan masih memegang gas motor. Di dalam jatuhku aku masih bisa bergumam, “untung jatuhku telentang,coba kalau tengkurep,bisa habis ke amplas titit kumitirku”.
Jantung ku serasa berhenti ketika ku lihat jaket dan helm Slimz merah bersimbah. Sambil terhuyung2 aku berdiri mendekati Slimz. “Oh shiiiitttt…..Te bwongko we….getih2 tok ng jaket karo helm mu” serak parau suaraku melihat keadaan Slimz. “Bwongko ndog mu wi…aku gpp…ki anggur merah juh” kata Slimz enteng seolah menenangkan hatiku yang kalut melihat merah meriah di sekujur tubuh Slimz.
kongle
Y.add dan Kongle segera menghampiriku sembari basa basi menanyakan keadaan kami. Begitu pula dengan para PK dan security karaoke keluar seakan ingin menyaksikan penderitaan kami. Tanpa di sangka PK yang tadi ku pelototi dengan penuh gairah berceloteh, “makanya mata tuh buat lihat jalan kalau lagi naik motor, bukan untuk lihat belahan dada ku.” Mentang2 fungsi mata buat melihat trus suka lihat sesuatu yang bukan tempatnya di lihat, imbuhnya. Celotehan PK tersebut seolah membuyarkan harapan manis akan menikmati goyangan nya suatu hari. Mata ku sepet, eneg, kecut melihat tawa busuk PK tersebut. Cepat2 aku angkat motor dan sesegera pergi dari tempat itu.
Dah ganti aku saja yang depan, begitu kata Slimz kepadaku. Dengan kaki yang masih gemetar dan celana robek dikit aku bersandar di punggung Slimz. Motor Slimz pun segera melaju cepat seolah tahu apa yang ada di benak ku. Saat aku bonceng Slimz aku berfikir kok bisa jatuh yag…padahal tidak ada kendaraan lain yang mengganggu. Jalanan lumayan sepi berliku terarah, logikanya aku tidak mungkin bisa jatuh apalagi menabrak pagar pembatas. Dalam kekagetan hatiku aku masih sempat berfikir, jika kendaraan di bumi ini ada rambu dan marka pembatas masih bisa terjadi tabrakan tapi kenapa bumi bulan dan planet2 lain nya tidak pernah tabrakan saat mengitari matahari.
Aku
Padahal di dalam system tata surya tidak pernah di jumpai ada traffic light apalagi pagar pembatas, tapi kenapa tidak pernah bertabrakan satu sama lain nya. Apakah ada polisi lalu lintas yang mengatur mereka. Ah itu bukan urusan ku gumam ku, yang penting aku selamat dan melanjutkan perjalanan takziah. Selang beberapa saat kami pun sampai di rumah P001, setelah basa basi sebentar waktu berjabat tangan kami pun menuju ke arah pojokan halaman rumah nya.
Sungguh pengalaman yang mendebarkan fikir ku. Untung saja tadi tidak ada kendaraan lain yang berseliweran yang bisa membuatku celaka. Ah motor nya Slimz hanya lecet dikit, lirik ku ke arah parkiran motor, seraya membuatku lupa akan ganti rugi kerusakan nya. “Wah anggur merah ku amblas ki…” kata Slimz yang segera di sambut gelak tawa kami.



Penulis : Ahmad Galengsong Kromoboyo / Gagak Galengsong / Yustitia Arnanto Adhi.

2 komentar: